Perajin Tempe Demak Ancam Mogok Produksi - WARGA DEMAK "KOTA WALI"

Breaking

Home Top Ad

test banner

Post Top Ad

WARGA DEMAK FACEBOOK COMMUNITY

Tuesday 17 September 2013

Perajin Tempe Demak Ancam Mogok Produksi

HARSEM/SUKAWIJAYA
Hari ini produksi tempe, besok berhenti
Menyusul pernyataan Gakoptindo Jakarta akan melakukan aksi mogok produksi tempe dan tahu pada 9-11 September mendatang, semua perajin  tempe di Demak menyatakan siap berhenti produksi

DEMAK- Akibat harga kedele impor sudah tak terjangkau untuk produksi sebagai tempe dan tahu, banyak pengusaha kecil produksi tempe gulung tikar, pada Senin (2/9) kemarin terhitung sudah 90 pengusaha tempe berhenti produksi.
Seperti Muslimin (42), pengrajin tempe asal kampung Sampangan Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak ini mengaku Senin lalu adalah hari terakhir dia bisa memproduksi tempe. Pasalnya daya beli masyarakat menurun, karena tempenya mahal dan ukuran yang semakin kecil.
"Kemungkinan hari ini (Senin 2/9), kami produksi terakhir karena harganya sudah tidak masuk," ucapnya.
Tambahnya, sejak dua hari lalu, jumlah kedele yang dibelinya terpaksa berkurang menjadi 20-30 kg perhari. Hal itu akibat banyak produk tempenya yang kembali karena tak laku dijual. Biasanya dia produksi 150 kg kedele setiap hari.
Sejak beberapa minggu lalu terpaksa merumahkan tenaga kerjanya untuk menekan kerugian. Sejak harga kedele melambung, lanjut Muslimin, pendapatannya dari hasil menjual tempe terus berkurang hingga 30 persen.
Terpisah, Ketua Primkopti Demak, Nurhasim mengatakan, bila pemerintah tidak mengikuti usulan Gakoptindo terkait penerapan Perpres 32 tahun 2013 tentang pengaturan distribusi kedele melalui Bulog, maka pihaknya akan menginstruksikan anggotanya yang sekarang mencapai 139 perajin tempe tahu di Demak, untuk mogok produksi.
"Kami sudah dapat komando dari Puskopti Jateng untuk ikuti aksi mogok, kami akan kompak melakukan aksi mogok produksi, dengan tuntutan stabilkan harga dan laksanakan perpres, serta operasi pasar," jelasnya.
Saat ini jatah kebutuhan kedele nasional mencapai 200 ribu ton yang harus tersimpan di Bulog, untuk Demak per-bulan membutuhkan 150 ton. Karena belum diberlakukannya Perpres nomor 32 tahun 2013, maka banyak diantara perajin yang mengambil kedele melalui tengkulak yang justru memicu harga  tak terkendali. (swi/hst)

No comments:

Post a Comment

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here