Ratusan warga Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah memiliki cara tersendiri
untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Warga yang
tinggal di pesisir Demak itu, mewujudkannya dengan menggelar Kirab
Budaya, Rabu (24/8/2018).
Tradisi Kirab Budaya Panji Kusuman mengarak hasil bumi dari Balai Desa
menuju makam Mbah Panji Kusumo atau sekitar satu kilometer. Beberapa
gunungan berupa tanaman hortikultura dan padi itu diarak keliling desa
diiringi sejumlah tokoh desa yang mengenakan busana adat jawa.
Mbah Panji Kusumo merupakan tokoh yang diyakini sebagai pendiri Desa
Bungo, serta cikal bakal penduduknya. Sehingga warga setempat sangat
menghormati tokoh asal Kediri Jawa Timur ini sebagai leluhur garis
keturunannya.
KIRAB GUNUNGAN HASIL BUMI
Alunan gending
jawa mengawali prosesi kirab yang dipimpin oleh Kepala Desa setempat.
Ribuan warga, baik itu orang tua, muda-mudi dan anak anak, antusias
menyambut tradisi budaya ini. Terlebih iring iringan Kirab Budaya
tersebut juga menampilkan sejumlah atraksi kesenian. Kelompok drum band,
terbangan, barisan ibu-ibu dan siswa sekolah semakin menyemarakan acara
rutin tahunan tersebut.
Seusai mengelilingi desa, rombongan
kirab berakhir di makam Mbah Panji Kusumo. Setelah berziarah dan berdoa
di makam leluhur yang merupakan cikal bakal pendiri Desa Bungo, hasil
bumi yang telah diarak itu selanjutnya diperebutkan oleh warga untuk
dibawa pulang karena diyakini bertuah.
Penjabat Kepala Desa
Bungo, Budi Joko Nugroho, mengatakan, selain sebagai wujud syukur kepada
Allah SWT, tradisi kirab budaya ini dalam rangka upaya untuk
nguri-nguri budaya. Masyarakat tak ingin tradisi lokal menjadi hilang
tergeser oleh budaya asing. "Ini cara kami bersyukur sebagai umat
manusia atas rejeki yang dilimpahkan oleh Allah SWT," kata Budi.
Tradisi kirab budaya, paparnya, sudah menjadi agenda rutin tahunan di
desanya, tiap bulan apit penanggalan Jawa. Tradisi ini juga memberikan
gambaran bahwa hidup ini memiliki garis horizontal dan vertikal.
"Kanjeng Sunan Kalijaga itu 'Ngislami dan Njawani', artinya Islam yang
tidak meninggalkan kejawaannya. Kita menjaga hubungan baik dengan sesama
manusia dan makhluk lainnya serta menjaga hubungan dengan Tuhan. Ini
tergambar dalam tradisi ini," lanjutnya.
M Khoirul (37), warga
setempat mengaku sudah sejak lama tradisi kirab budaya ini. Ia rela
berebut gunungan hasil bumi karena berharap akan mendapat berkah
setelahnya. "Padi ini akan saya tanam kembali dan sebagian akan saya
simpan. Sebab, nanti yang akan ditanam insyaallah akan menghasilkan
panen yang baik," tutur dia.
Selama ini, padi hasil tanam petani
Desa Bungo melimpah dan berkualitas baik. Sehingga harganya pun lebih
tinggi ketimbang padi dari daerah lain. "Di sini tanahnya mengandung
garam, jadi bagus untuk tanaman padi. Kulit padi tipis dan isinya besar.
Harga padi saat panen bisa mencapai Rp500 ribu per kuintal, padahal di
daerah lain hanya Rp480 ribu per kuintal," pungkasnya. (*)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.