Sejumlah pengunjung menikmati bakso di Warung Bakso Kalikondang (HARSEM/SUKMAWIJAYA) |
DEMAK-Harga daging sapi tak terkendali, pemerintah belum bisa mencarikan solusi. Persoalan ini juga berdampak bagi pedagang mi dan bakso. Belakangan dalam kurun satu tahun, daging sapi lokal mengalami empat kali kenaikan harga, dan terakhir menjadi Rp 87.000 per kg. Pemerintah dituding belum bisa mencari solusi atas fluktuasi harga tersebut.
Terus
meningkatnya harga daging sapi berdampak juga bagi pedagang mi bakso
yang menggunakan bahan baku daging sapi. Menurut Ketua Asosiasi Pedagang
Mi Bakso (Apmiso) Jateng, Lasiman, harga daging yang bisa diterima oleh
pedagang bakso maksimal berkisar Rp 65.000 - Rp 70.000 per kg.
“Di kisaran harga itu, pedagang bakso masih mampu meraih keuntungan 15 persen,” ungkap Lasiman saat mendatangi launching Warung Bakso Kondang milik Neti Wijayanti di Jalan Sultan Trenggono No 76 Desa Kalikondang, Kecamatan Demak, Rabu (13/2). Melihat harga daging saat ini, keuntungan yang didapat pedagang hanya 7-10 persen.
Di seluruh Jateng pedagang mi bakso mencapai 30.000 orang, di Demak hanya 500 orang. Dan seluruh pedagang sangat menggantungkan keuntungan dari kondisi harga daging, namun disayangkan pemerintah belum mampu mengintervensi harga daging yang terjadi di pasaran.
“Hampir
semua pedagang mi bakso tak mau mengurangi mutu dan kualitas baksonya,
meski harga daging tinggi. Hanya saja, bahan baku bakso yang biasanya
dari daging lokal dikombinasikan dengan daging sapi impor, sebagai
solusi agar pedagang tak merugi,” ungkapnya.
Harga daging sapi impor saat ini mencapai Rp 62.000 per kg. Dan Apmiso menerima jatah kuota dengan kualitas CL85 atau 85 persen daging, sisanya tetelan. Kendati demikian dari kebutuhan daging per minggu sampai 5 ton, namun pedagang bakso hanya mendapat kuota impor hanya 2,7 ton.
Lasiman
juga mempertanyakan kelangkaan daging di pasaran masih terjadi, hal ini
permainan dari spikulan atau memang benar langka. Padahal Gubernur
Jateng Bibit Waluyo menyatakan stok sapi hidup mencapai ribuan ekor. (swi/tab)
Sayangkan Komentar Bibit
Sayangkan Komentar Bibit
LASIMIN juga menyayangkan tanggapan Gubernur Bibit Waluyo yang justru berkomentar agar beralih saja ke tempe, bila daging sapi mahal. “Apa baksonya akan dibuat menjadi bakso tempe, jelas saja tidak,” tandasnya. Bila harga daging terus semrawut, keputusan akhir, pihaknya akan melakukan pemotongan sapi sendiri, sehingga bisa menghemat biaya.
Ketua
Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Demak, Heri Susilo
mengatakan, dari satu kilogram daging bisa menghasilkan adonan bakso
125-150 butir. Di saat harga daging semakin melonjak, pedagang bakso
hanya bisa mengurangi tingkat keuntungan. “Keuntungan hanya bisa didapat
dari hasil menjual minuman,” katanya.
Dia megaku salut bagi masyarakat yang berani membuka warung bakso, di saat harga daging sapi meroket, justru berspekulasi membuka usaha tersebut. Melihat hal ini, seharusnya pemerintah bisa memperhatikan kelangsungan para pengusaha kecil ini, dengan memberi bantuan atau fasilitas. (swi/tab)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.