Beberapa kamar porstitusi yang kumuh di rumah milik Supardi (60) Dukuh/Desa Geneng Kecamatan Mijen. (Harsem/Sukmawijaya) |
Empat PSK di wilayah Jebor Desa Bolo Kecamatan Demak Kota dibawa mobil polisi. (Harsem/Sukmawijaya) |
“Kami
heran, kendati rencana operasi yustisi sudah di rahasiakan, tapi masih
saja bocor, beberapa rumah yang biasa untuk mangkal PSK, didapati sudah
kosong ”
DEMAK- Operasi pekat yang digelar secara gabungan antara Satpol PP, TNI dan Polri, Kamis (4/7) siang, membuat anggota terperangah, hampir semua rumah bordil yang digeledah sudah kosong. Kepala Satpol PP Demak Dwi Heru Asianto merasa heran dengan kondisi tersebut.
“Kami heran, kendati rencana operasi yustisi sudah di rahasiakan, tapi masih saja bocor, beberapa rumah yang biasa untuk mangkal PSK, didapati sudah kosong,” ungkap Heru saat mengikuti operasi yustisi, kemarin.
Bagi Heru, kebocoran informasi pelaksanaan operasi akan menjadi evaluasi kinerja dari Satpol PP. Sekaligus kendala lain dalam pelaksanaan operasi yustisi, seperti keterbatasan armada dan jumlah personel.
Dalam waktu dekat ini, dia mentargetkan bulan Ramadan, kota Demak tidak menjadi ajang maksiat, sekaligus meminta masyarakat agar menghormati pelaksanaan bulan puasa bagi umat Islam.
Dalam operasi itu, tim yustisi merazia lokasi mesum di tiga kecamatan yang di duga selalu menjadi tempat mangkal transaksi para PSK dan para hidung belang. Meliputi beberapa rumah wilayah Desa Mrisen Kecamatan Wonosalam, lokasi belakang pasar Jebor Desa Bolo Kecamatan Demak Kota, dan rumah bordil di Dukuh/Desa Geneng Kecamatan Mijen.
Seorang pemilik kamar porstitusi, Supardi (60) Dukuh/Desa Geneng Kecamatan Mijen mengaku telah menutup sewa kamarnya setelah menerima instruksi kepala desa setempat. “Kemarin saya diberitahu pak Kades untuk menutup sewa kamar, karena menjelang bulan Ramadan,” akunya dihadapan Tim Yustisi.
Supardi biasa menyewakan kamar untuk transaksi PSK, seharga Rp 15.000 sekali main. Dan untuk meramaikan banyaknya pelanggan yang datang, dia manambahkan bonus makanan satu porsi untuk tamu laki-laki. “Kebanyakan yang disini dibayar Rp 50 ribu, itu sudah untuk sewa kamar dan makan,” jelasnya polos.
Sementara, ketika petugas tak bisa merazia para PSK, justru berhasil menangkap empat PSK yang kedapatan berangkat kesiangan menuju rumah bordil, saat di ciduk di jalan menuju lokasi belakang pasar Jebor, mereka sempat mengelak, mengaku akan berkunjung ke rumah familinya. Beruntung warga setempat membenarkan keempat wanita adalah PSK, sehingga memudahkan petugas untuk meringkusnya.
Keempat PSK itu adalah, Py (31), SR (38), St (42) dan En (40). Selanjutnya mereka diperiksa identitas sekaligus kesehatannya meliputi, IMS, tes HIV, dan tes penyakit kelamin. (swi/hst)
DEMAK- Operasi pekat yang digelar secara gabungan antara Satpol PP, TNI dan Polri, Kamis (4/7) siang, membuat anggota terperangah, hampir semua rumah bordil yang digeledah sudah kosong. Kepala Satpol PP Demak Dwi Heru Asianto merasa heran dengan kondisi tersebut.
“Kami heran, kendati rencana operasi yustisi sudah di rahasiakan, tapi masih saja bocor, beberapa rumah yang biasa untuk mangkal PSK, didapati sudah kosong,” ungkap Heru saat mengikuti operasi yustisi, kemarin.
Bagi Heru, kebocoran informasi pelaksanaan operasi akan menjadi evaluasi kinerja dari Satpol PP. Sekaligus kendala lain dalam pelaksanaan operasi yustisi, seperti keterbatasan armada dan jumlah personel.
Dalam waktu dekat ini, dia mentargetkan bulan Ramadan, kota Demak tidak menjadi ajang maksiat, sekaligus meminta masyarakat agar menghormati pelaksanaan bulan puasa bagi umat Islam.
Dalam operasi itu, tim yustisi merazia lokasi mesum di tiga kecamatan yang di duga selalu menjadi tempat mangkal transaksi para PSK dan para hidung belang. Meliputi beberapa rumah wilayah Desa Mrisen Kecamatan Wonosalam, lokasi belakang pasar Jebor Desa Bolo Kecamatan Demak Kota, dan rumah bordil di Dukuh/Desa Geneng Kecamatan Mijen.
Seorang pemilik kamar porstitusi, Supardi (60) Dukuh/Desa Geneng Kecamatan Mijen mengaku telah menutup sewa kamarnya setelah menerima instruksi kepala desa setempat. “Kemarin saya diberitahu pak Kades untuk menutup sewa kamar, karena menjelang bulan Ramadan,” akunya dihadapan Tim Yustisi.
Supardi biasa menyewakan kamar untuk transaksi PSK, seharga Rp 15.000 sekali main. Dan untuk meramaikan banyaknya pelanggan yang datang, dia manambahkan bonus makanan satu porsi untuk tamu laki-laki. “Kebanyakan yang disini dibayar Rp 50 ribu, itu sudah untuk sewa kamar dan makan,” jelasnya polos.
Sementara, ketika petugas tak bisa merazia para PSK, justru berhasil menangkap empat PSK yang kedapatan berangkat kesiangan menuju rumah bordil, saat di ciduk di jalan menuju lokasi belakang pasar Jebor, mereka sempat mengelak, mengaku akan berkunjung ke rumah familinya. Beruntung warga setempat membenarkan keempat wanita adalah PSK, sehingga memudahkan petugas untuk meringkusnya.
Keempat PSK itu adalah, Py (31), SR (38), St (42) dan En (40). Selanjutnya mereka diperiksa identitas sekaligus kesehatannya meliputi, IMS, tes HIV, dan tes penyakit kelamin. (swi/hst)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.