Kades Mlatiharjo memperlihatkan tanaman kelengkeng itoh siap panen yang ditanam di halaman rumah.(SM/Hartatik.) |
SIAPA sangka
tanaman kelengkeng bisa berbuah meski ditanam di tanah minim air seperti
Desa Mlatiharjo Kecamatann Gajah, Demak. Di luar dugaan pula,
kelengkeng tersebut justru varietas ‘itoh’ yang indukannya berasal dari
Thailand.
Kades
Mlatiharjo, Hery Sugiartono mengatakan, butuh proses dan waktu lama
untuk menyakinkan pada petani buah setempat bahwa tanaman kelengkeng
tersebut bisa berbuah meski ditanam di lahan yang kering. Bahkan tanaman
kelengkeng tersebut juga bisa tumbuh di halaman rumah.
Kelengkeng
itoh ini memiliki keunggulan pada rasa manis, daging buah yang tebal
serta usia berbuah relatif pendek sekitar 3-4 tahun. Menurutnya,
pemeliharaan tanaman kelengkeng ini memang agak berat pada tahun-tahun
pertama ditanam sekitar 2004.
“Bisa
tumbuh, tapi prosentase kegagalan untuk berbuah cukup besar sebelum
ditemukan formulanya,” kata Ketua Paguyuban Kades se-Kabupaten Demak
ini.
Dari
1.000 bibit yang ditanam, menurutnya, hanya 10 persen yang berhasil
berbuah. Meski begitu, Hery tidak patah semangat membudidayakan
kelengkeng tersebut.
Desa
Mlatiharjo sendiri, dikenal unggul pada pembibitan sektor pertanian
seperti jambu, nangka, padi, pisang dan pepaya. Obsesi untuk menjadikan
Desa Mlatiharjo sebagai sentra budidaya kelengkeng itoh ini pun baru
terjawab empat tahun kemudian.
Pada
mulanya, pembagian bibit secara gratis sudah dilakukan untuk merangsang
petani buah setempat agar mau menanam kelengkeng itoh. Namun, mereka
yang berminat ini justru bisa dihitung dengan jari.
“Saya
sampai berpesan pada mereka yang menanam bibit kelengkeng agar jangan
mau membagikan buahnya jika ada yang meminta. Biar saja kalau dikatakan
pelit, saya ingin yang lainnya bisa termotivasi untuk ikut menanam
kelengkeng,” katanya seraya tersenyum.
Jurus
tersebut ternyata cukup efektif, sebab begitu mengetahui tanaman
kelengkeng tersebut berbuah tidak hanya manis tapi juga lebat. Bayangkan
saja, satu pohon kelengkeng usia kurang dari delapan tahun bisa
menghasilkan buah hingga 1,5 kuintal.
Kemampuan
berproduksi tersebut akan terus meningkat sampai usia pohon maksimal 15
tahun dimana buah yang dihasilkan bisa mencapai dua kuintal per pohon.
Padahal harga jual kelengkeng itoh di tingkat petani berkisar Rp
20.000-Rp 25.000 per kilogram.
Saat
ini, sedikitnya 2.000 batang tanaman kelengkeng sudah dibudidayakan di
empat perdukuhan setempat. Dia menargetkan tanaman tersebut bisa
bertambah hingga 8.000 batang. Bahkan saat ini, ia tengah merancang agar
tanaman kelengkeng tersebut bisa panen sepanjang tahun. Bagaimana
caranya?
“Masa
pergiliran berbuahnya yang akan kami kondisikan supaya tidak ada masa
kosong tanaman tersebut berbuah. Perlakuan yang diterapkan nantinya
dengan memberikan pupuk cair secara terjadwal,” tukasnya.
(SMNetwork/Hartatik/hst)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.