Mustaka Masjid Wali Desa Grogol Kecamatan Karangtengah masih dikeramatkan. HARSEM/SUKMAWIJAYA |
DEMAK- Sebuah
Masjid Wali yang memiliki mustaka aneh, bisa bergeser menunjuk arah.
Masyarakat setempat percaya apa yang ditunjuk bakal terjadi sebuah
peristiwa.
“Nagari iki wis kisruh ojo ditambah maneh”, demikian ungkap seorang musyafir Susmin (43) warga Semarang, setelah beristihad di Masjid Wali Desa Grogol Kecamatan Karangtengah. Dirinya tak menyangka saat beristihad di masjid ini, justru mendengar suara tersebut.
Berbeda dengan Ahmadi (40) warga Desa Ploso Kecamatan Karangtengah, saat melintas depan masjid dia sempat melihat arah mustaka masjid bergeser ke arah barat, setelah itu kembali ke arah timur.
“Sebelum waktu Dhuhur saya melintas arah mustaka pindah ke barat, saat pulang sekitar pukul 15.30 mustaka kembali ke arah timur,” ucapnya, Jumat (12/7).
Sekilas ungkapan Ahmadi tak berarti apa-apa, tapi setelah menengok peristiwa gempa berkekuatan sekitar 4,7 skala Richter (SR) terjadi di barat daya ibu kota Kabupaten Brebes (Sabtu 13/7) sekitar pukul 08.00. Apa ada hubungannya dengan bergesernya mustaka?.
Sedikit menengok Masjid Wali, konon masjid ini dibangun oleh seseorang wali hanya dalam waktu semalam. Karena mustaka masjid dipandang keramat, masyarakat menjulukinya Masjid Wali dengan mustaka yang bisa berputar sendiri menunjuk arah munculnya peristiwa.
Sekilas bangunan Masjid Wali terlihat biasa, layaknya bentuk masjid sekarang, tapi berbeda pada bentuk mustaka masjid yang mirip dengan bentuk buah naga, dilengkapi anak panah sebagai penunjuk arah. Dan uniknya usia mustaka tersebut, satu tahun lebih tua dari Masjid Agung Demak.
Tokoh masyarakat setempat, Sukardi (93) warga Desa Grogol mengatakan, konon Masjid Wali di bangun dalam waktu semalam oleh para Wali Songo, namun warga dulu tidak bisa menjelaskan siapa-siapa wali tersebut. Hanya bisa bercerita, mustaka masjid dibuat oleh Sunan Kalijaga, dari tanah liat yang dibentuk-bentuk dengan kedua tangan sang Sunan.
Dibangunnya masjid berawal saat Walisongo berhajad mencari kayu Jati yang besar untuk soko guru pembangunan Masjid Agung Demak. Ketika tiba di Desa Grogol para wali segera menunaikan shalat, dan setelah melihat keasrihan daerah Grogol, para wali terdorong untuk membuat masjid kecil (surau).
Dan dalam semalam masjid itu terbangun, saat pembangunan seorang bernama Syeh Abdul Jalil membantu memasak makanan untuk para wali. Muncul keanehan, alat untuk memasak bisa berubah menjadi emas, sehingga dia menjuluki Mbah Sabda Kencana.
Menurut Ketua Takmir Masjid Wali, Ali Mahrus Azis, dalam perkembangannya, Sabda Kencana terus merawat masjid ini, hingga sampai pada anak turunnya. Mahrus yang masih keturunan dari Syeh Abdul Jalil, memahami kisah masjid Wali ini dari kakek-buyutnya.
Semula masjid berukuran 7 m2, berdiri sejak tahun 1.400 masehi selisih satu tahun berdirinya Masjid Agung Demak (1.401 M). Dalam perkembangannya tahun 1899 Masjid Wali di bedol, bergeser pindah ke arah Timur. Untuk memindah masjid pun banyak terjadi keanehan, hingga para kiai banyak mengistikharoinya.
Sehingga disepakati, peninggalan masjid tetap menempel, seperti Mustaka tetap berada di atas. Untuk memindah mustaka masjid dilakukan sangat hati-hati, karena bentuk mustaka berlapis sembilan berbentuk seperti akar buah naga.
Selanjutnya tungku (ganjal) masjid yang diletakan di luar pengimaman, cagak mustaka dari kayu jati diletakan di dekat pengimaman, serta geladak kayu dan dinding kayu telah di sulap menjadi blandar kayu untuk atap bangunan masjid yang baru.
Dan tanah bekas bangunan lama masjid sengaja dibiarkan kosong, kendati kanan-kirinya lahan makam umum. Dilokasi tanah kosong tersebut, muncul kabar, pernah didatangi mantan Presiden Pertama RI Soekarno, untuk melakukan semedi di sana. (swi/hst)
“Nagari iki wis kisruh ojo ditambah maneh”, demikian ungkap seorang musyafir Susmin (43) warga Semarang, setelah beristihad di Masjid Wali Desa Grogol Kecamatan Karangtengah. Dirinya tak menyangka saat beristihad di masjid ini, justru mendengar suara tersebut.
Berbeda dengan Ahmadi (40) warga Desa Ploso Kecamatan Karangtengah, saat melintas depan masjid dia sempat melihat arah mustaka masjid bergeser ke arah barat, setelah itu kembali ke arah timur.
“Sebelum waktu Dhuhur saya melintas arah mustaka pindah ke barat, saat pulang sekitar pukul 15.30 mustaka kembali ke arah timur,” ucapnya, Jumat (12/7).
Sekilas ungkapan Ahmadi tak berarti apa-apa, tapi setelah menengok peristiwa gempa berkekuatan sekitar 4,7 skala Richter (SR) terjadi di barat daya ibu kota Kabupaten Brebes (Sabtu 13/7) sekitar pukul 08.00. Apa ada hubungannya dengan bergesernya mustaka?.
Sedikit menengok Masjid Wali, konon masjid ini dibangun oleh seseorang wali hanya dalam waktu semalam. Karena mustaka masjid dipandang keramat, masyarakat menjulukinya Masjid Wali dengan mustaka yang bisa berputar sendiri menunjuk arah munculnya peristiwa.
Sekilas bangunan Masjid Wali terlihat biasa, layaknya bentuk masjid sekarang, tapi berbeda pada bentuk mustaka masjid yang mirip dengan bentuk buah naga, dilengkapi anak panah sebagai penunjuk arah. Dan uniknya usia mustaka tersebut, satu tahun lebih tua dari Masjid Agung Demak.
Tokoh masyarakat setempat, Sukardi (93) warga Desa Grogol mengatakan, konon Masjid Wali di bangun dalam waktu semalam oleh para Wali Songo, namun warga dulu tidak bisa menjelaskan siapa-siapa wali tersebut. Hanya bisa bercerita, mustaka masjid dibuat oleh Sunan Kalijaga, dari tanah liat yang dibentuk-bentuk dengan kedua tangan sang Sunan.
Dibangunnya masjid berawal saat Walisongo berhajad mencari kayu Jati yang besar untuk soko guru pembangunan Masjid Agung Demak. Ketika tiba di Desa Grogol para wali segera menunaikan shalat, dan setelah melihat keasrihan daerah Grogol, para wali terdorong untuk membuat masjid kecil (surau).
Dan dalam semalam masjid itu terbangun, saat pembangunan seorang bernama Syeh Abdul Jalil membantu memasak makanan untuk para wali. Muncul keanehan, alat untuk memasak bisa berubah menjadi emas, sehingga dia menjuluki Mbah Sabda Kencana.
Menurut Ketua Takmir Masjid Wali, Ali Mahrus Azis, dalam perkembangannya, Sabda Kencana terus merawat masjid ini, hingga sampai pada anak turunnya. Mahrus yang masih keturunan dari Syeh Abdul Jalil, memahami kisah masjid Wali ini dari kakek-buyutnya.
Semula masjid berukuran 7 m2, berdiri sejak tahun 1.400 masehi selisih satu tahun berdirinya Masjid Agung Demak (1.401 M). Dalam perkembangannya tahun 1899 Masjid Wali di bedol, bergeser pindah ke arah Timur. Untuk memindah masjid pun banyak terjadi keanehan, hingga para kiai banyak mengistikharoinya.
Sehingga disepakati, peninggalan masjid tetap menempel, seperti Mustaka tetap berada di atas. Untuk memindah mustaka masjid dilakukan sangat hati-hati, karena bentuk mustaka berlapis sembilan berbentuk seperti akar buah naga.
Selanjutnya tungku (ganjal) masjid yang diletakan di luar pengimaman, cagak mustaka dari kayu jati diletakan di dekat pengimaman, serta geladak kayu dan dinding kayu telah di sulap menjadi blandar kayu untuk atap bangunan masjid yang baru.
Dan tanah bekas bangunan lama masjid sengaja dibiarkan kosong, kendati kanan-kirinya lahan makam umum. Dilokasi tanah kosong tersebut, muncul kabar, pernah didatangi mantan Presiden Pertama RI Soekarno, untuk melakukan semedi di sana. (swi/hst)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.