Genangan air di Desa Kalitengah Kecamatan Mranggen dari limpasan Sungai Rendeng. HARSEM/SUKMAWIJAYA |
Waktu saur di desa
Kalitengah, sangat riuh, keramaian bukan dari suara tong-tek para remaja
yang biasa berkeliling desa membangunkan warga untuk bersantap saur.
Tetapi keramaian justru muncul dari teriakan banjir dari sejumlah
warga.
DEMAK- Warga desa Kalitengah geger dengan datangnya limpasan air yang datang dari sungai Rendeng. Beberapa warga yang sudah terjaga akan bersantap saur, berhambur keluar, sebagian menyelamatkan sejumlah barang berharga agar tidak basah oleh banjir pada Rabu (10/7).
“Banjir terdalam terjadi di Dukuh Ngingas Desa Kalitengah, kendati tidak ada korban jiwa, namun warga sempat panik adanya banjir,” ungkap Mundofar (56) warga Desa Kalitengah, kemarin. Kendati ketinggian banjir dipemukiman antara 50-70 centimeter, warga kerepotan dan berusaha menyelamatkan semua barang berharga.
Kades Kalitengah, Ahmad Syaefudin melaporkan, banjir menggenangi wilayah RW 04 Dukuh Ngingas, terdapat 150-170 rumah terendam banjir. Hingga pukul 14.00 ketinggian air sudah surut menjadi 50 cm. “Banjir tersebut dipicu kiriman air dari hulu sungai di Dusun Girikusumo Desa Banyumeneng, kemungkinan daerah Kabupaten Semarang hujan deras, air melimpas ke wilayah kami,” katanya.
Sungai Rendeng merupakan sungai yang bersumber dari seputar Dukuh Girikusumo Desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen (perbatasan Kabupaten Semarang), selanjutnya mengalir menuju kawasan Dukuh Bengkal Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen, dan melintas di Desa Margohayu Kecamatan Karangewen, sebelum masuk di Desa Kalitengah.
Akibat banjir kerugian terbesar terjadi pada sektor pertanian, tapi pihak desa belum bisa memperkirakan nominal kerugiannya, karena puluhan hektar lahan tembakau terendam, dipastikan tanaman itu mati.
Terakhir kali banjir datang di Desa Kalitengah sekitar lima tahun lalu, setelah dilakukan normalisasi sungai Rendeng pada tahun 2009, banjir tidak datang lagi. Banjir datang justru saat sungai Rendeng sedang dinomalisasi, kemungkinan proyek ini belum maksimal membersihkan sedimen sehingga air sungai malah melimpas ke pemukiman.
Sementara Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak, Sardi Teong menegaskan, setelah menerima kabar pihaknya bersama tim SAR BPBD segera turun ke lapangan. Mereka menyusuri kondisi banjir, sambil mempersiapkan posko relawan bila diperlukan.
“Ternyata pak Kades meminta jangan dipasang dulu pos relawan, karena warga belum semuanya mengungsi,” jelasnya. Kendati pihak desa menyatakan belum siap dibuatkan pos relawan dan pos kesehatan, namun BPBD terus memantau kondisi banjir, sehingga pihaknya bisa sigap mengantisipasi bencana susulan yang lebih parah. (swi/hst)
DEMAK- Warga desa Kalitengah geger dengan datangnya limpasan air yang datang dari sungai Rendeng. Beberapa warga yang sudah terjaga akan bersantap saur, berhambur keluar, sebagian menyelamatkan sejumlah barang berharga agar tidak basah oleh banjir pada Rabu (10/7).
“Banjir terdalam terjadi di Dukuh Ngingas Desa Kalitengah, kendati tidak ada korban jiwa, namun warga sempat panik adanya banjir,” ungkap Mundofar (56) warga Desa Kalitengah, kemarin. Kendati ketinggian banjir dipemukiman antara 50-70 centimeter, warga kerepotan dan berusaha menyelamatkan semua barang berharga.
Kades Kalitengah, Ahmad Syaefudin melaporkan, banjir menggenangi wilayah RW 04 Dukuh Ngingas, terdapat 150-170 rumah terendam banjir. Hingga pukul 14.00 ketinggian air sudah surut menjadi 50 cm. “Banjir tersebut dipicu kiriman air dari hulu sungai di Dusun Girikusumo Desa Banyumeneng, kemungkinan daerah Kabupaten Semarang hujan deras, air melimpas ke wilayah kami,” katanya.
Sungai Rendeng merupakan sungai yang bersumber dari seputar Dukuh Girikusumo Desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen (perbatasan Kabupaten Semarang), selanjutnya mengalir menuju kawasan Dukuh Bengkal Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen, dan melintas di Desa Margohayu Kecamatan Karangewen, sebelum masuk di Desa Kalitengah.
Akibat banjir kerugian terbesar terjadi pada sektor pertanian, tapi pihak desa belum bisa memperkirakan nominal kerugiannya, karena puluhan hektar lahan tembakau terendam, dipastikan tanaman itu mati.
Terakhir kali banjir datang di Desa Kalitengah sekitar lima tahun lalu, setelah dilakukan normalisasi sungai Rendeng pada tahun 2009, banjir tidak datang lagi. Banjir datang justru saat sungai Rendeng sedang dinomalisasi, kemungkinan proyek ini belum maksimal membersihkan sedimen sehingga air sungai malah melimpas ke pemukiman.
Sementara Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak, Sardi Teong menegaskan, setelah menerima kabar pihaknya bersama tim SAR BPBD segera turun ke lapangan. Mereka menyusuri kondisi banjir, sambil mempersiapkan posko relawan bila diperlukan.
“Ternyata pak Kades meminta jangan dipasang dulu pos relawan, karena warga belum semuanya mengungsi,” jelasnya. Kendati pihak desa menyatakan belum siap dibuatkan pos relawan dan pos kesehatan, namun BPBD terus memantau kondisi banjir, sehingga pihaknya bisa sigap mengantisipasi bencana susulan yang lebih parah. (swi/hst)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di kolom komentar yang telah tersedia!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga Warga Demak makin maju dan sukses selalu. amin.